Sri Erni Istiawati *
Membicarakan
tatalaksana, selalu diawali dengan diagnosis terlebih dahulu. Diagnosis epilepsi
tidak selalu mudah ditegakkan pada pertemuan pertama. Seringkali dokter yakin
bahwa yang dihadapi benar penyandang epilepsi setelah melakukan
serangkaian wawancara dengan teliti dan diikuti dengan pemeriksaan fisik
atau menyaksikan sendiri serangan . Akan sangat membantu bila ada saksi
yang dapat menjelaskan serangan dengan lebih tepat atau rekaman video dari
serangan tersebut. Penderita yang masih diduga menyandang epilepsi, perlu
pemeriksaan tambahan berupa rekaman aktifitas otak atau EEG, pemeriksaan
neuro-imajing otak dan atau pemeriksaan darah di laboratorium .
Pada
kenyataannya penyandang epilepsi dapat menunjukkan aktifitas otak dalam
batas normal pada EEG yang dikerjakan secara rutin .Oleh karena itu EEG mungkin
perlu dilakukan lebih dari satu kali disertai prosedur aktivasi atau
proses perekaman dilakukan lebih lama daripada pemeriksaan EEG rutin.
Epilepsi disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan faktor yang
didapat. Pemeriksaan neuro-imajing otak diperlukan untuk melihat kelainan
atau proses kerusakan otak yang sangat mungkin menjadi penyebab epilepsi. Dari
neuro-imajing dapat diketemukan beberapa penyebab seperti tumor otak, kelainan
pembuluh darah atau akibat gangguan sirkulasi otak, cedera otak karena trauma,
infeksi otak, penyakit degeneratift, gangguan perkembangan otak atau lainnya.
Faktor heriditer/turunan memegang peranan dalam terbentuknya epilepsi, walaupun
mekanismenya tidak sederhana. Pemeriksaan kelainan gen hanya dapat dilakukan di
laboratorium khusus.
Untuk
mengendalikan serangan, tersedia cukup beragam obat anti epileptik di
Indonesia.Obat anti epileptik yang diminum bermanfaat untuk mengendalikan
serangan. Serangan memang penting untuk dikendalikan agar penyandang epilepsi
dapat melakukan aktivitas kesehariannya dengan wajar. Beberapa penyandang
epilepsi dengan kondisi tertentu atas pertimbangan dokter tidak mendapatkan
obat anti epileptik. Sebagai pegangan bagaimana memilih obat tersebut bagi
masing masing penyandang epilepsi adalah, tipe serangan, obat tersebut tersedia
dan mudah didapat di Indonesia serta terjangkau / dapat dibeli dalam jangka
waktu panjang. Kadang ada pertimbangan jenis kelamin. Saat ini di
Indonesia, makin sering dijumpai penyandang epilepsi karena proses keganasan
yang mencapai otak ataupun karena infeksi otak kronis. Kedua proses penyakit
tersebut juga mempengaruhi pemilihan obat yang lebih tepat untuk mengatasi
serangan sekaligus tidak memperburuk kondisi penyandang atau obat dapat dipakai
tanpa mengurangi efektifitas pengobatan penyakit dasarnya. Karena pertimbangan
diatas, obat anti epileptik yang dikonsumsi tiap penyandang tidak selalu
sama;bervariasi sesuai kondisi masing masing penyandang. Agar penyandang
epilepsi patuh minum obat tepat waktu, bila memungkinkan dapat dipilihkan obat
yang diminum sekali sehari pada waktu yang sama setiap hari.
Manfaat
kepatuhan minum obat harus dijelaskan sejak awal disertai penjelasan bagaimana
cara meminum obat tersebut dengan tepat agar dapat dicapai manfaat yang
diinginkan. Bila dikhawatirkan akan muncul reaksi obat yang tidak diinginkan
selama pemakaian ; penyandang dan pendampingnya wajib diberi informasi.
Informasi meliputi tanda tanda yang tampak / muncul pada penyandang dan apa
yang harus dilakukan agar reaksi tidak berlanjut dan atau menjadi
lebih berat. Selama ini reaksi tersebut relatif jarang terjadi dan
umumnya dapat diatasi dengan baik, sehingga tidak memperburuk keadaan umum
penyandang dan yang lebih penting lagi penyandang tetap bersedia
melanjutkan pengobatan.Dalam pemilihan obat, selain obat tersebut dapat
mengendalikan serangan, selalu diusahakan dengan efek samping yang sekecil
mungkin.
Dari
penelitian, penyandang epilepsi dengan obat anti epileptik, sekitar 70%
serangan dapat dikendalikan sepenuhnya atau hampir sepenuhnya, sedangkankan
20-25 % serangannya menjadi lebih ringan dan lebih jarang.
Pada penyandang epilepsi dengan penyebab tumor otak, perlu dipertimbangkan
kombinasi dengan pengangkatan tumor. Penyandang epilepsi dengan keganasan di
otak, pada umumnya pengobatannya dikombinasikan dengan modalitas terapi keganasan
lainnya . Bagaiman bila menghadapi kasus yang serangannya belum
dapat terkendali ? Dokter wajib menganalisa kembali beberapa hal. Apakah benar
yang dihadapi adalah penyandang epilepsi ? Gambaran serangan yang diceritakan,
yang disaksikan ataupun yang terekam pada video perlu
dievaluasi kembali. Apabila terdapat kemungkinan diagnosis epilepsi selama ini
ternyata kurang tepat, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk mencapai
diagnosis penyakit yang lebih tepat Apakah obat sudah sesuai dengan tipe serangan
? Apakah obat telah diminum teratur dengan tepat waktu dan dosisnya sudah
tepat ? Ada kalanya perlu dilakukan pemeriksaan kadar obat anti epileptik dalam
darah. Apakah serangan dapat dikaitkan dengan adanya faktor pencetus ?
Beberapa faktor pencetus yang dapat dikaitkan adalah kelelahan fisik, kurang
tidur , ada obat lain yang sedang diminum dan berinteraksi atau
suasana hati yang tidak nyaman , bahkan mungkin merasa
gembira berlebihan. Pada wanita perlu di evaluasi apakah serangan
berkaitan dengan siklus haid : sebelum, selama atau sesudah haid. Langkah
langkah tersebut perlu dilakukan untuk menghindari terlalu cepat
mengubah dosis obat, menambah dan atau mengganti obat.
Agar
tujuan untuk mengendalikan serangan tercapai, perlu kerjasama yang
baik antara dokter , penyandang epilepsi dan lingkungan sekitar. Pada sebagian
besar kasus, bila telah didapatkan jenis obat dan dosisnya yang efektif
dapat mengendalikan serangan ,penggunaannya akan dipertahankan beberapa tahun.
Sebagian kasus,sesuai kondisi yang mendasari, obat digunakan dalam jangka
panjang.
Penyandang
epilepsi dengan serangan yang sulit dikendalikan oleh obat anti epileptik
dengan jenis dan dosis sudah tepat, perlu dipertimbangkan pengobatan operatif.
Di Indonesia pilihan operasi epilepsi sudah tersedia selama beberapa tahun ini
.Tujuan tindakan operasi dan jenis operasi ditentukan sejak awal sesuai kondisi
tiap kasus. Keberhasilan operasi ini di Indonesia diawali dengan
pemilihan kasus yang tepat dan serangkaian pemeriksaan yang diperlukan dengan
cermat.
Secara
umum telah diuraikan sekilas tatalaksana epilepsi. Tatalaksana yang lebih rinci
sesuai dengan kondisi tiap penyandang dapat ditanyakan langsung kepada
dokter spesialis Saraf yang tersebar di seluruh Indonesia. Semoga dengan
bertambah usia, Yayasan Epilepsi Indonesia juga meningkatkan perannya
bagi komunitas epilepsi di Indonesia. Diharapkan lebih banyak pihak
membantu Yayasan Epilepsi Indonesia dalam meningkatkan
penyebaran informasi tentang berbagai aspek epilepsi, sehingga masyarakat dapat
menerima dan menempatkan penyandang epilepsi setara dengan penderita penyakit
lain yang juga perlu mengkonsumsi obat dalam jangka panjang untuk mengendalikan
penyakitnya.
Sebaliknya
penyandang epilepsi tidak perlu menyembunyikan penyakitnya atau menarik diri
dari aktivitas sosial karena epilepsi tidak menular dan diluar serangan
penyandang tetap dapat melakukan aktifitas kesehariannya. Penyandang dan
keluarganya perlu lebih aktif menyampaikan kondisi penyakitnya kepada lingkungannya.
Dengan lebih terbuka , sekaligus dapat meminta tolong kepada
lingkungannya agar diberi pertolongan apabila mengalami serangan. Yayasan
Epilepsi Indonesia juga dapat lebih aktif menyebarkan kembali informasi
bagaimana lingkungan dapat lebih tepat memperlakukan penyandang yang
sedang mengalami serangan .
Akhirnya,
agar tercapai tatalaksana epilepsi yang tepat guna, perlu kerjasama yang baik
antara dokter, penyandang epilepsi dengan lingkungannya serta perhatian
masyarakat luas.
*Dokter Spesialis Saraf di DKI
Jakarta.