"Kita harus bersyukur bahwa kita hidup di Indonesia sebagai negara merdeka, bukan di negara-negara keras yang selalu menghadapi perang dan desingan peluru setiap hari, oleh sebab itu negara ini perlu orang-orang berkualitas untuk membangun negara."
"Berbagai profesi hendaknya bisa berkontribusi berdasarkan profesinya masing-masing untuk membangun negara ini, oleh sebab itu politik pembangunan kesehatan masyarakat sangat pentting", demikian lanjut beliau.
"IKA UII memiliki komitmen untuk membangun kualitas masyarakat, oleh sebab itu kerjasama dengan Yayasan Epilepsi Indonesia untuk membangun kualitas masyarakat Indonesia semoga bisa dilanjutkan."
Setelah acara seremonial perayaan Ulang Tahun Yayasan Epilepsi Indonesia dilanjutkan dengan acara Talk Show yang disampaikan oleh dr Irawaty Hawari,SpS dan dr Yoga Devaera,SpA dengan dimoderatori oleh Bpk Nana.
"Makanan sebagai pencetus serangan pada epilepsi memang belum disepakati dan sifatnya sangatlah individual, artinya bisa berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya," demikian dikatakan dokter Yoga.
"Makanan dikatakan sebagai pencetus bila, setelah 2-3 kali mengkonsumsi makanan tersebut lalu terjadi serangan, maka bisa dikatakan itu sebagai pencetus," lanjut dokter Yoga.
"Bagi penyandang epilepsi, yang terpenting ialah menjaga agar jangan sampai gula darah yang bersangkutan rendah."
"Jangan sampai terlambat makan sehingga kelaparan," lanjutnya.
Dalam kesempatan itu dokter Irawaty juga mengatakan bahwa Yayasan Epilepsi Indonesia akan terus memperjuangkan agar para penyandang bisa menjadi orang yang mandiri, terus bekerja sama dengan farmasi agar mendapatkan potongan harga bagi para anggota seperti yang program CSP yang sedang dilaksanakan sekarang.
Sementara di saat yang sama dokter Ira juga menambahkan bahwa penyandang epilepsi hendaknya jangan sampai kelaparan, kelelahan, kurang tidur, dan stress. Hal-hal tersebut akan memicu serangan.
"Manifestasi serangan/bangkitan epilepsi dapat berbeda-beda tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu. Bangkitan epilepsi tidak hanya berbentuk kejang-kejang kelojotan saja, tapi bisa berupa hilang kesadaran sesaat (bengong), tiba-tiba melempar/menjatuhkan barang yang dipegangnya atau terjadi perubahan perilaku yang tiba-tiba, sehingga keluarga mengira sedang kesurupan."
"Saat terjadi kejang, memang ada sel-sel yang mati, disinilah peran pengontrolan kejang. "
"Salah satu mengontrol epilepsi selain dengan obat ialah dengan operasi, yang mana keberhasilan suatu operasi bisa dilihat dengan berkurangnya jumlah obat yang dikonsumsi (bila sebelum operasi lebih dari 3 macam maka setelah operasi hanya 1 macam), berkurang frekuensi kejang, atau tidak kejang lagi dan tidak minum obat lagi."
"Pasca operasi memori terus harus dilatih karena dimungkinkan saat pasca operasi ada memori yang hilang", demikian dokter Irawaty menambahkan.
Dalam kesempatan itu dokter Yoga juga menjelaskan tentang diet Ketogenik. "Diet ketogenik ini untuk mengatasi epilepsi yang susah diobati."
"Diet ini sudah digunakan sejak zaman dulu kala."
"Ciri-ciri susah diobati ialah yang bersangkutan sudah mengkonsumsi lebih dari 3 obat, tapi serangan kejang masih tetap saja terjadi."
"Diet ini memperkaya asupan lemak dibandingkan kalori. Parameternya antara lemak dan kalori ialah 1:1 atau 2:1 atau 3:1 atau 4:1, hingga muncul keton sehingga metabolisme otak berubah."
"Sebelum melakukan diet ini, penyandang akan di test berbagai fungsi organ tubuhnya agar bisa diberikan rancangan program diet. Dalam diet ini memang dibutuhkan tekad dan kemauan yang keras dari orang tua, sehingga sebelum melakukan diet ini penting sekali komitmen dari orang tua untuk bisa bersama-sama melaksanakan diet ini," demikian dokter Yoga menutup pembicaraa.
Dalam kesempatan kali ini juga hadir Krisna Bayu seorang Yudoin, peserta 4 kali olimpiade, Juara 1 kompetisi Asia berkali-kali, dan PON. Krisna Bayu memberikan motivasi, bahwa seorang penyandang epilepsi tetap bisa berprestasi, yang penting ada kemauan kuat untuk tetap berprestasi.
"Saya punya prinsip, meskipun epilepsi, saya tidak akan kalah dengan yang tidak epilepsi. Saya bisa kalahkan mereka."
Ucapan Krisna Bayu ini memang dibuktikan dengan 4 kali keikutsertaan di olimpiade yang mana untuk bisa ikut olimpiade diperlukan seleksi yang ketat, lebih dari 5 kali juara 1 di Asia.
"Manifestasi serangan/bangkitan epilepsi dapat berbeda-beda tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu. Bangkitan epilepsi tidak hanya berbentuk kejang-kejang kelojotan saja, tapi bisa berupa hilang kesadaran sesaat (bengong), tiba-tiba melempar/menjatuhkan barang yang dipegangnya atau terjadi perubahan perilaku yang tiba-tiba, sehingga keluarga mengira sedang kesurupan."
"Saat terjadi kejang, memang ada sel-sel yang mati, disinilah peran pengontrolan kejang. "
"Salah satu mengontrol epilepsi selain dengan obat ialah dengan operasi, yang mana keberhasilan suatu operasi bisa dilihat dengan berkurangnya jumlah obat yang dikonsumsi (bila sebelum operasi lebih dari 3 macam maka setelah operasi hanya 1 macam), berkurang frekuensi kejang, atau tidak kejang lagi dan tidak minum obat lagi."
"Pasca operasi memori terus harus dilatih karena dimungkinkan saat pasca operasi ada memori yang hilang", demikian dokter Irawaty menambahkan.
Dalam kesempatan itu dokter Yoga juga menjelaskan tentang diet Ketogenik. "Diet ketogenik ini untuk mengatasi epilepsi yang susah diobati."
"Diet ini sudah digunakan sejak zaman dulu kala."
"Ciri-ciri susah diobati ialah yang bersangkutan sudah mengkonsumsi lebih dari 3 obat, tapi serangan kejang masih tetap saja terjadi."
"Diet ini memperkaya asupan lemak dibandingkan kalori. Parameternya antara lemak dan kalori ialah 1:1 atau 2:1 atau 3:1 atau 4:1, hingga muncul keton sehingga metabolisme otak berubah."
"Sebelum melakukan diet ini, penyandang akan di test berbagai fungsi organ tubuhnya agar bisa diberikan rancangan program diet. Dalam diet ini memang dibutuhkan tekad dan kemauan yang keras dari orang tua, sehingga sebelum melakukan diet ini penting sekali komitmen dari orang tua untuk bisa bersama-sama melaksanakan diet ini," demikian dokter Yoga menutup pembicaraa.
Dalam kesempatan kali ini juga hadir Krisna Bayu seorang Yudoin, peserta 4 kali olimpiade, Juara 1 kompetisi Asia berkali-kali, dan PON. Krisna Bayu memberikan motivasi, bahwa seorang penyandang epilepsi tetap bisa berprestasi, yang penting ada kemauan kuat untuk tetap berprestasi.
"Saya punya prinsip, meskipun epilepsi, saya tidak akan kalah dengan yang tidak epilepsi. Saya bisa kalahkan mereka."
Ucapan Krisna Bayu ini memang dibuktikan dengan 4 kali keikutsertaan di olimpiade yang mana untuk bisa ikut olimpiade diperlukan seleksi yang ketat, lebih dari 5 kali juara 1 di Asia.
Acara peringatan HUT Yayasan Epilepsi Indonesia ditutup dengan permainan biola dan organ indah dari Birama musik.
Fadjar Setyanto
Yayasan Epilepsi Indonesia
www.ina-epsy.org
Foto-foto terkait kegiatan ini bisa dilihat di Galeri Photo Yayasan Epilpesi Indonesia
Fadjar Setyanto
Yayasan Epilepsi Indonesia
www.ina-epsy.org
Foto-foto terkait kegiatan ini bisa dilihat di Galeri Photo Yayasan Epilpesi Indonesia