(Indonesian Epilepsy Foundation cooperated with PDUI conducted one day seminar for the doctors).
Pembicara dalam seminar ini ialah :
- dr. Irawati Hawari, SpS (Ketua YEI)
"Epilepsi di Indonesia, antara Mitos dan Kenyataan"
- Aska Primardi, Spsi, M.A. (Sekretaris YEI)
"Peran Optimisme, Harapan, dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Orang Dengan Epilepsi"
- dr Irawan Manguatmadja, Sps (Divisi Neurologi Anak Dept Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta)
"Kejang Pada Anak"
- dr Sri Erni Istiawati, SpS
"Epilepsi Pada Dewasa, Pengenalan, dan Tatalaksana".
Beberapa point dari seminar tersebut ialah :
Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai "ayan" atau "sawan". Banyak masyarakat mempunyai pandangan yang keliru bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Karena pandangan yang keliru tersebut itulah maka masyarakat yang melihat seorang penderita Epilepsi mendapat serangan di tempat umum tidak berani melakukan pertolongan dengan alasan takut tertular karena ludahnya. Dengan adanya pandangan yang keliru tersebut masyarakat juga mengucilkan penderita Epilepsi, dikeluarkan dari sekolah, menghambat karir dan kehidupan berumah tangga, sehingga hal ini membuat penderita epilepsi menjadi tertekan dan depresi. Banyak juga anggota keluarga penderita Epilepsi yang menutup-nutupi sehingga menjadikan pengobatan tidak optimal.
(In Indonesia, Epilepsy is known by "ayan" or "sawan". Many people have wrong stigma on epilepsy, that Epilepsy is not a disease but it is evil's curse etc. Due to this wrong stigma so the people see the people with Epilepsy are cursed. Therefore if the people with Epilepsy get stiff in the public area they avoid to help because they are afraid of being infected. These conditions create people with Epilepsy become introvert, withdraw themselves from the society, and depression. Even many families hide the people with Epilepsy from the public this cause the treatment can't be done intensively.)
Orang dengan Epilepsi bisa hidup normal, produktif, dan mencapai kedudukan yang baik dalam masyarakat bila mendapat pengobatan yang tepat.
(People with Epilepsy can live normally, productive, and can gain good position in the society if they have a regular and correct treatment).
Jumlah Orang Dengan Epilepsi (ODE) di Indonesia mencapai 4 juta orang pada tahun 2002 (PERDOSI), namun data yang terkumpul sampai tahun 2006 cuma 1 - 1,5 juta orang saja. Dari 1,5 juta orang, 20% penderita belum dapat disembuhkan, 60% dapat sembuh dengan pengobatan teratur, dan 20% dapat sembuh dengan operasi. Dari yang dioperasi 20% tidak pernah kejang kembali sedangkan 80% sisanya masih mengalami serangan.
(The number of people who live with Epilepsy in Indonesia reached 4 million people in 2002 (PERDOSI) but the data until 2006 only recorded 1 to 1.5 million people only. Of the 1.5 million people, 20% hadn't been able to be recovered yet, 60% could be recovered by intensive and regular medication, and 20% could be recovered by surgery. From those who had surgery, 20% could totally recovered, and 80% sometimes still had seizure.
Sosialisasi yang baik dan intensif tentang Epilepsi bisa meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan Epilepsi.
(Good socialization and intensive information about Epilepsy can improve the life quality of people with Epilepsy).
Orang-orang terkenal yang hidup dengan Epilepsi/Famous people who lived with Epilepsy |
Ketua Umum YEI/The Chair Person of YEI, dr Irawati Hawari, SpS |
Para Pembicara/The speakers |
Peserta Seminar.SEminar Participants |
Peserta Seminar/Seminar Participants |
Peserta Seminar/Seminar Participants |
Peserta Semiar/Seminar Participants |
Ibu Ning Mahar Mahardjono, pendiri YEI/The Founder of YEI (middle) |
@Yayasan Epilepsi Indonesia