Saat di alam rahim, saat terjadi proses pembuahan, jutaan sperma berebut, bertanding, berlomba-lomba untuk mencapai ke indung telur. Ternyata hanya satu yang bisa mencapai ke indung telur yaitu yang serba "ter". Terkuat, tercepat, tersehat, dan segala ter lainnya. Kira-kira kita bisa katakan ialah yang terunggul. Bagaimana dengan yang lainnya? Ya setelah itu harus tersisih dan mati.
Cerita di atas ialah yang terjadi di alam rahim, setelah terjadi pembuahan dan pembentukan janin maka lahirlah seorang manusia. Diawali proses pembuahan hingga lahir yang sudah pasti atas ijin Alloh SWT jadilah seorang manusia muncul ke bumi. Bila Alloh SWT mengijinkan sesuatu terjadi sudah pasti tidak akan sia-sia, pasti ada hikmahnya. Contoh yang mudah ialah "nyamuk". Kalau difikir untuk apa Tuhan menciptakan nyamuk di muka bumi, ternyata sekarang gara-gara nyamuk jutaan orang bisa bekerja dan mendapatkan nafkah menghidupi keluarganya. Ya, itu adalah gara-gara nyamuk.
Kalau nyamuk saja membawa manfaat, apalagi bila seorang manusia lahir ke muka bumi ini. Apapun kondisinya, pasti ada misi yang Tuhan titipkan pada orang ini. Orang ini pasti membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Meskipun nyatanya orang itu harus hidup dengan epilepsy.
"Tapi kenapa harus anak saya yang epilepsi?", atau "Tapi kenapa saya yang epilepsi?". Tunggu sebentar saudaraku. Sebelum kita memvonis "Mengapa anak saya atau mengapa saya." Ada baiknya kita lihat beberapa tokoh dunia yang harus hidup dengan epilepsi dan ternyata menjadi tokoh dunia yang hebat. Julius Caesar, Alexander the Great, Pemimpin besar Rusia modern Czar, Raja Inggris King Charles II yang hidup di abad 17, Napoleon Bonaparte dan sebagainya, selengkapnya silakan kunjungi
http://epilepsiindonesia.com/blog/orang-terkenal-yang-menderita-epilepsi.
Masyarakat memang sudah terlanjur mencap salah kepada orang yang hidup dengan epilepsy. Beginilah, begitulah, kena hantulah, menularlah dan sebagainya dan sebagainya, bahkan ada orang tua yang melarang anaknya bergaul dengan anak yang hidup dengan epilepsy. "Takut tertular", begitu alasannya. Kalau mau dibuat daftar, maka daftarnya masih akan banyak lagi.
Bagi pembaca yang beragama Islam juga harus yakin kebenaran ayat Alloh di dalam surat Alam Nasyrah yang artinya :"Sungguh setelah kesulitan ada kemudahan. Sungguh setelah kesulitan ada kemudah. Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berserah diri." Saya yakin di kitab suci agama lain juga menekankan pengharapan pada Tuhan atas segala permasalahan yang dialami di muka bumi ini.
Memiliki anak atau anggota keluarga yang hidup dengan epilepsy memang terasa berat. Berat dari sisi biaya, dari sisi perasaan karena cemoohan dan kata-kata sinis dan pedas dari orang sekitar yang tidak mengerti, perasaan selalu was-was bila terjadi serangan dan banyak lagi. Akan tetapi kalau anda merujuk firman Tuhan di atas, kita harus yakin bahwa akan ada kemudahan di balik semua kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut.
Melalui tulisan ini, penulis mengajak anda yang memiliki anak dengan epilepsy atau mungkin anda yang mengalami hidup dengan epilepsy, mari balik fikiran-fikiran negatif menjadi fikiran-fikiran positif yang penuh harap kepada Tuhan. Mari ubah energi negatif seperti menyesal atau mengeluh menjadi energi positif untuk menemukan keistimewaan yang bisa dikembangkan. Mari tanamkan dalam diri anda bahwa TIDAK SIA-SIA TUHAN menciptakan sesuatu di muka bumi ini. Yakinlah bahwa di alam rahim anak anda yang hidup dengan epilepsy atau anda yang hidup dengan epilepsi pernah menjadi yang terunggul di antara saudara-saudara anda yang jutaan. Sekarang, mari munculkan keunggulan anak anda atau diri anda sendiri.
Kalau anak anda atau anda pernah dicemooh, dan diejek karena epilepsy yang dialami, inilah saatnya anda katakan, boleh anda ejek anak saya / saya, boleh anda cemooh anak saya / saya, tapi masa depan belum final. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa atau beberapa tahun ke depan. Bumi bulat bundar apapun bisa saja terjadi. Boleh mereka mengejek anak anda / anda sekarang, tapi belum tentu nasib anak anda / anda selalu di bawah, demikian juga belum tentu mereka yang mengejek selalu tetap sehat dan tetap di atas.
Maaf bila tulisan ini provokatif, tetapi memang untuk menghadapi kondisi yang menjatuhkan semangat kita perlu energi besar agar tetap bersemangat dan positif dalam hidup ini. Semoga dengan seringnya berkomunikasi di group ini, kepositifan berfikir dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi akan terus terjaga.
Fadjar Setyanto, S.E.